Teory Dasar Tingkat Bunga
A.
Pengertian
Tingkat Bunga
Adapun
pengertian suku bunga (interest rate) (dalam Samuelson dan Nordaus, 1992)
a.
Interest adalah
pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
b.
Interest rate
adalah jumlah interest yang dibayarkan per unit waktu atau orang harus membaya untuk
kesempatan meminjam uang.
c.
Karakteristik pinjaman dari tingkat suku bunga
yang berbeda dapat dilihat dari:
1.
Term or maturity Merupakan jangka waktu atau jatuh
tempo, dimana mereka harus membayarnya.
2.
Risk adalah Beberapa pinjaman pada
umumnya tidak beresiko, sementara yang lain mengandung tingkat inflasi
spekulasi yang tinggi.
3.
Liquidity adalah Aktiva dikatakan likuid apabila dapat diubah dalam
bentuk tunai (cash) secara cepat dan dengan kerugian nilai yang sedikit pula.
4.
Administrative
costs adalah Biaya administrasi yang dibebankan pada para peminjam atas
kelalaian dan urusan administrasi.
Pengertian teori tingkat suku bunga menurut para pakar pada zaman dahulu:
1.
Keyness adalah harga yang di
keluarkan debitur untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya
langka (uang) mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur mempunyai
kemungkinan adanya kerugian berupa risiko tidak diterimanya tingkat bunga
tertentu.
Di dalam teori ini terdapat dua macam investasi yang dikembangkan, yaitu uang
dan obligasi. Uang merupakan kekayaan yang paling likuid karena uang mempunyai
kemampuan untuk membeli setiap saat. Sedangkan obligasi tidak dapat untuk
membeli sesuatu kecuali kalau diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk uang
tunai. Keyness mengatakan bahwa, permintaan terhadap uang merupakan tindakan
rasional, meningkatnya permintaan uang akan menaikkan tingkat suku bunga.
2.
Menurut Karl dan Fair (2001:635)
suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk
persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap
tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.
3.
Pengertian suku bunga menurut
Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai
persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber
daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.
4.
Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant
(1997 : 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang
yang dipinjam pada periode waktu tertentu.
5.
Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant
(1997 : 99-100) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal
dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang
yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga
riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali
terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara
suku bunga nominal dengan laju inflasi. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998)
suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
6.
Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah : jika
suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank
karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi
ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah
karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan
(deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar,
gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan
cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku
bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya
di bank.
B.
Tipe
Suku bunga
Ada 2 tipe
suku bunga, yaitu :
1.
Real interest rate
Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate
dikurangi dengan tingkat inflasi.
Real rate = Nominal rate – Rate of inflation
2.
Nominal interest rate.
Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka memberikan
tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.
C.
Pengukur
Tingkat Bunga
Instrumen pasar utang dibagi
menjadi empat jenis yaitu, pinjaman sederhana, pinjaman dengan pembayaran
tetap, obligasi kupon dan obligasi tampa
kupon atau obligasi diskonto. Keempat instrumen pasar utang ini dapat digunakan
untuk mengukur tingkat bunga. Ingkat bunga pasar utang berbeda dengan tingkat
bunga bank sentral karena tingkat bunga bank sentral merupakan salah satu
instrumen kebijakan ekonomi moniter, tetapi tigkat bunga bank sentral
terintegrasi dengan tingkat bunga pasar utang.
1. Pinjaman
sederhana
Adalah
sejumlah pinjaman debitur yang dibayar kembali pada waktu jatuh tempo ditambah
bunga pinjaman. Dari pinjaman sederhana tingkat bunga dihitung adalah sebagai
berikut:
Misalkan bank membuat pinjaman
sederhana terhadapt pelanggan atau debitur bank dengan senilai Rp.100 juta
dengan waktu jatuh tempo 1thn. Debitur atau pelanggan bank tersebut membayar
kembali pinjaman ditambah bunga sebesar
Rp 110 juta sesudah 1thn, berdasarkan persamaan tingkat bunga dari pinjaman
tersebut adalah 10% pertahun.
2. Pinjaman
bayaran tetap
Adalah
sejumlah pinjaman debitur yang dibayar setiap periode ditambah bunga pinjaman
dengan jumlah tetap, biasanya perbulan. Masalah dalam pinjaman pembayaran tetap
adalah menentukan pembayaran tetap awal tahun .
3. Obligasi
kupon
Adalah
penerbit atau penjual obligasi membayar bunga tetap (coupon payment) kepada pemegang obligasi setiap
tahun dan nilai nominal pada waktu jatuh tempo.
4. Obligasi diskonto atau tampa kupon
Adalah
obligasi tampa
kupon yang dibeli dibaawah harga nominal dan dibayar lagi sebesar nilai nominal
sesudah jatuh tempo.
D.
Strukur
Risiko Tingkat Bunga
Tingkat bunga berbeda pada
katagori obligasi yang berbeda dari satu priode kepriode berikutnya. Ada tiga faktor yang
mempengaruhi Fenomina Fluktuasi yaitu:
1.
Resiko
kegagalan
Adalah
kemungkinan obligasi gagal jual karena ketidak sanggupan penerbit obligasi
membayar bunga atau pembayaran nilai
nominal obligasi pada saat jatuh tempo. Obligasi yang tidak memiliki kegagalan
disebut dengan obligasi bebas resiko kegagalan, yaitu obligasi pemerintah.
Obligasi pemerintah merupakan obligasi bebas resiko karena pemerintah dapat
menigkatkan pajak atau menerbitkan obligasi baru untuk membayar obligasi jatuh
tempo bilamana keuangan pemerintah mengalami defisit perbedaan antara tingkat
bunga obligasi resiko dengan obligasi bebas resiko disebut premi risiko. Jika
obligasi identik, waktu jatuh tempo sama, maka pengaruh resiko kegagalan
terhadapt tingkat bunga terjadi melalui proses mekanisme harga obligasi.
2.
Likuiditas
Penurunan
likuiditas obligasi perusahaan karena sulit diperdagangkan dan biaya penjualan
naik mengakibatkan penurunan permintaan. Harga obligasi turun dan tingkat bunga
obligasi naik. Pada saat yang sama permintaan obligasi pemerintah naik,
akibatnya harga obligasi naik dan tingkat bunga obligasi turun.
3.
Pajak
pendapatan
Pajak
pendapatan dibebankan pada pendapatan kupon obligasi perusahaan, sebaliknya
pajak pendapatan tidak dibebankan pada pada pendapatan kupon obligasi pemerintah. Pembebanan pajak
pendapatan pada obligasi perusahaan akan menurunkan pemerintahan akibatnya
harga obligasi turun dan tingkat bunga obligasi naik. Pada saat yang sama,
pemerintaan obligasi pemerintah naik, harga obligasi pemerintah naik, dan
tingkat bunga obligasi turun
Misalkan, obligasi perusahaan
mempunyai kupon 8 persen dan obligasi regional (monicipal bond atau regional bond) mempunyai kupon 6 %, dengan
nilai nominal kedua obligasi masing masing Rp 100 juta. Jika tingkat pendapatan
kupon sebesar 30 % maka pendapatan
obligasi perusahaan adalah 5,6 juta sedangkan pendapatan kupon obligasi
regional adalah 6 juta. Jika permintaan obligasi regional naik, harga obligasi
regional naik, dan tingkat bunga obligasi regional turun. Sebaliknya jika
permintaan obligasi perusahaan turun, harga obligasi perusahaan turun, dan
tingkat bunga obligasi perusahaan naik.
E.
Setruktur
Tingkat Bunga
Hasil satu kelompok obligasi
dengan jatuh tempo yang berbeda tetapi risiko sama disebut kurva hasil (yield
curve), yaitu deskripsi struktur tingkat bunga untuk obligasi tertentu. Kurva
hasil dapat diklasifikasikan sebagai kurva hasil naik, kurva hasil datar, dan
kurva hasil turun (inverted yied curve). Jika kurva hasil naik maka tingkat
bunga jangka panjang diatas tingkat bunga jangka pendek. Jika kurva hasil datar
tingkat bunga jangka panjang sama dengan tingka bunga jangka pendek. Sebaliknya
kurva hasil turun menjelaskan bahwa tingka bunga jangka pendek lebih tinggi
dari tingkat bunga jangka panjang. Mengapa kurva hasil naik, datar dan turun ? ada
beberapa jawaban untuk masalah ini, yaitu:
1.
Tingkat bunga obligasi dengan jatuh tempo yang
berbeda bergerak secara bersama sama pada waktu tertentu.
2.
Pada waktu tingkat bunga jangka pendek rendah
kurva hasil cenderung naik, dan pada waktu tingkat bunga jangka pendek tinggi
kurva hasil cenderung turun dan menjadi kurva hasil turun.
3.
Kurva hasil cenderung mempunyai kemiringan
positif menurut imformasi beberapa laporan keuangan.
Hubungan
antara tingkat bunga pada obligasi dengan jatuh tempo yang berbeda
direfleksikan oleh pola kurva hasil. Ada tiga teori yang menjelaskan refleksi
pola kurva hasil, yaitu:
1.
Teory ekspektasi murni (pure exspectation theory)
Teory
ini dari struktur tingkat bunga mengatakan bahwa tinkat bunga jangka panjang
akan sama dengan rata-rata tingkat bunga jangka pendek. Asumsi dibalik teori
ini adalah bahwa investor tidak suka memegang obligasi dengan jatuh tempo yang
berbeda, sehingga ia akan memegang obligasi dengan waktu jatuh tempo yang sama
tetapi tingkat pengembaliannya (imbal hasil) lebih rendah. Dua atau lebih
obligasi dengan karakteristik waktu jatuh tempo berbeda tetapi tingkat
pengembaliaannya sama dengan obligasi susbtitusi sempurna.
2.
Teori segmentasi pasar (market segmentation theory)
Teori
ini dari struktur tingkat bunga obligasi jatuh berbeda dapat dipisahkan atau
segmentasikan secara sempurna. Tingkat bunga setiap obligasi ditentukan oleh
permintaan dan penawaran obligasi itu sendiri dan tidak dipengaruhi oleh
spektasi imbal dari hasil dari obligasi lainnya serta tidak ada substitusi.
Artinya investor mempunyai refrensi atau pilihan tertentu terhadap suatu
obligasi karena ekspektasi imbal hasil
obligasi itu sendiri. Seorang investor akan lebih suka terhadap obligasi dengan
waktu jatuh tempo yang lebih singkat karena resiko tingkat bunga akan lebih
rendah.
3.
Teori premi likuiditas (liquidity premium theory)
Teori
ini merupakan kombinasi dari teori ekspektasi murni dan teori segmentasi pasar,
tingkat bunga jangka panjang akan sama sengan tinkat bunga obligasi jangka
pendek ditambah premi liquiditas yang peka terhadapt penawaran dan permintaan
obligasi. Asumsi pokok dari teori adalah bahwa obligasi dengan jatuh tempo
berbeda dapat disubstitusikan secara sempurna. Artinya, ekspektasi imbal hasil
dari suatu obligasi dipengaruhi ekspektasi imbal hasil obligasi lainnya.
F.
Faktor
Fakor Yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor –faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya penetapan
suku bunga (pinjaman dan simapanan) adalah sebagai berikut.
1.
Kebutuhan dana
Apabila
bank kekurangan dana, sementara pemohonan pinjaman meningkat, maka yang
dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkat kan
suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara atomatis akan meninkat
pula bunga pinjaman.
2.
Persaingan
Dalam
memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama
pihak perbankan harus memerhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga
simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga
simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebliknya untuk
bunga pinjaman kita harus berada dibawa bunga pesaing.
3.
Kebijakan pemerintah
Baik
bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah.
4.
Harga laba yang di inginkan
Sesuai
dengan target yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar, maka bunga ikut
besar dan sebaliknya.
5.
Jangka waktu
Semakin
panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan
besar kemungkinan resiko dimasa akan datang.
6.
Kualitas jaminan
Semakin
likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan
sebaliknya.
7. Reputasi
perusahaan
Bonafiditas
suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku
bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid
kemungknan risik macet kredit dimasa
mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8. Produk
yang kompetitif
Produk
yang dibiayai tersebut laku dipasaran.
9. Hubungan
baik.
Biasanya
bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa
(sekunder). Penggolongan ini didasarkan keaktifan dan loyaritas nasabah yang
bersangkutan dengan pihak bank. Nasabah utama biasanya mempunya hubungan yang
baik denga pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan
nasabah biasa.
10. Jaminan
pihak ketiga
Dalam
hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit.biasanya jika
pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar , nama
baik maupun loyaritasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankanpun berbeda.
G. Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah
:
a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana
lebih untuk diinvestasikan.
b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam
rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri
tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam
dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan
sektor lain.
c.
pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol
jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang
dalam suatu perekonomian.