Selasa, 27 Maret 2012

Resenzi Buku ZERO to HERO


Judul :
ZERO to HERO
(Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)
Penulis:
Solikhin Abu Izzudin
Penerbit:
Pro-U Media jogjakarta
Tebal:
300 halaman
Peresensi:
Husna













BUKU INI: menjelaskan tentang  bagaimana  cara mendahsyatkan diri kita yang kecil menjadi diri yang berpribadian yang luar biasa agar diri kita tidak selalu berkecil hati, yakinlah bahwa kita pasti bisa menjadi orang besar.
‘’Kita akui, kita orang biasa, banyak keterbatasan, kekurangan , kelemahan, kegagalan kelemasan dll. Itu bukan masalah. Bagaimana ditengah keterbatasan itu kita dahsyatkan diri agar lahir prestasi tingggi. Itulah kepahlawanan sejati. From zero to hero !’’
 Isi buku ini mengajak kita untuk bermimpi.  Ada apa dengan bermimpi ?Mengapa kita harus bermimpi ? bukankah mimpi itu adalah bunga nya tidur ? begini , suatu hari umar bin khothab melakukan dialog dengan beberapa orang dizamannya, umar bin khatab berkata : “berangan-angannlah !” maka diantara salah seorang  yang hadir berkata: “saya berangan-angan kalau saya mempunyai banyak uang, lalu saya belanjakan untuk memerdekakan budak dalam rangka meraih ridha Allah swt.
Seorang lainnya menyahut : kalau saya, berangan angan memiliki banyak harta, lalu saya belanjakan fisabilillah,’’ yang lainnya meyahut : “kalau saya berangan mempunyai kekuatan tubuh yang prima lalu saya abadikan diri saya untuk memberi air zam-zam kepada jama’ah haji satu persatu.
Mungkin dibenak-benak anda bertanya kanapa kita harus bermimpi?begini pembaca budiman, memang mimpi bisa tinggal mimpi, namun ada sebuah hikmah “bermimpilah sebelum kamu menjadi pemimpin” serta “belajarlah sebelum engkau menjadi pemimpin” . ternyata banyak orang-orang besar, pemimpin besar yang berangkat dari seorang pemimpi. Jadilah pemimpi  besar untuk menjadi pemimpin besar. Dalam sebuah majelis, ada  seorang masyaikh yang mengatakan “laa budda lil qaa-idi an yakuna lahu ahlam, wa illa la yashluh an yakuuna qaa-idan… seorang pemimpin harus mempunyai banyak mimpi, jika tidak, maka ia tidak layak untuk  jadi seorang pemimpin.
Disamping itu buku ini menjelaskan tentang istiah bercita-cita besar yang mempunyai arti unik untuk kita ketahui yang sesuai dengan analogi kita dan juga al-quran dan al-hadist diantaranya, cita-cita ibarat dinamo, Maksudnya cita-cita besar itu ibarat dinamo yang menggerak kan arus positif dan arus negative yang mengontrol tubuh kita. Cita-cita besar ibarat bahan bakar, memacu kendaraan untuk maju, dan melesatkan kereta dengan cepat. Cita-cita besar itu adalah pintu, Maksudnya  pintu kebahagiaan, pintu kesuksesan, pintu kesempurnaan, “dan katakannlah: “ya tuhan-ku , masukanlah aku secara masuk, yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepada ku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong” (Al Isra’ :80 ) cita-cita besar itu merupakan obat, Maksudnya obat menghilangkan kelemahan, penghilang kemalasan, penghilang kesedihan, dan penghilang kehinaan. Cita-cita ciri kemuliaan, Maksudnya orang mulia adalah orang yang memiliki cita-cita. Karena cita-cita akan membangun pendirian yang kokoh, tidak gentar menghadapi masalah, tidak jera menghadapi kegagalan. Sedangkan orang yang tidak memiliki cita-cita akan menjadi pengecut, penakut, dan pecundang. Diantara manifestasi cita nan mulia adalah membangun keluhuran jiwa yang menjauhkan diri dari posisi tertuduh. Nabi Muhammad saw berpesan “janganlah kalian menduduk kan diri pada posisi tertuduh.” Maksudnya, jauhilah sarang-sarang fitnah yang membuat kita terhina dan tercela.
Begitu banyak dan begitu penting untuk menjadi besar dengan cita-cita besar. Tapi jangan sekali-kali merasa besar. Karena merasa besar akan menumbuhkan penyakit jiwa, menyebabkan sensara, dan pembawa derita. Sedangkan menjadi besar membawa bahagia.
Momentum prestasi :
Buku ini juga mengatakan waktu adalah berprestasi, maksudnya jangan sia-siakan waktu kita, karena kesempatan emas tidak akan datang ke dua kalinya. Demi  masa, demikian alloh bersumpah. Bukan main-main tentunya, karna Allah menegaskan setelah bahwa sesungguhnya manusia pasti merugi kalau tidak memperhatikan waktu, kecuali 4 golongan : Orang yang beriman, Orang yang beramal shaleh, Orang yang menasehati dalam kebenaran, dan orang yang menasehati dalam kesabaran.
Sebagaiman firman Allah dalam surat al- ashr ayat 1-3:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya mentaati kesabaran.”
Menylkapi ayat ini, imam syafi’I rahimahumullah berkata, “seandainya manusia memahami ayat ini cukuplah agama ini baginya…” apa maksudnya ? imam syafi’i mengartikan bahwasanya hidup ini adalah kumpulan waktu. Orang yang tidak mampu menggunakan waktu maka orang tersebut dijamin rugi,dan sebaliknya apabila orang mampu mengoptimalkan waktu dalam menggali potensi yang ada pada diri kita dan menghasilkan prestasi yang luar biasa maka orang tersebut akan sukses dan akan menghasilkan jejak-jejak sejarah dalam hidupnya.
Ada tiga hal yang tidak pernah kita dapat kan kembali:
1.      Kata yang telah diucapkan.
2.      Waktu yang telah lewat.
3.      Momentum yang diabaikan.
Umar bin abdul aziz menyikapi, saat beliau menjadi kholifah menggantikan sulaiman bin abdul malik, dengan niat tulus yang suci, dengan jiwa yang kokoh dan bersih, dengan tekad yang membara,ia pikul kekhalifaan yang ia rindukan itu. Ia mengatakan, “aku akan duduk disebuah tempat yang tidak akan aku berikan sedikit pun tempat duduk untuk syetan,” subhanalloh begitu sucinya hati nya umar bin abdul aziz.
Buku ini bukan buku  cerita pelepas lelah pengantar tidur, bukann pula “buku cerita” tentang prestasi manusia.tapi Pengarang (zero to hero) menggali dari khasanah yang terpendam , merangkai yang tercecer, menyusun yang terbengkalai, merawat yang dianggap remeh dan menyungguh kannya menjadi sebuah “kekuatan dahsyat” untuk menggugah  dan mengubah diri menjadi luar biasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar