Sabtu, 20 April 2013

Perkembangan Pendidikan Budi Pengerti Terhadap Orang Dewasa





A.PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
            Tumbuh dan berkembangnya pendidikan di indonisia tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh dan berkembangnya ide-ide pembaharuan pemikiran di kalangan umat islam terutama pada awal abad ke- 20 dan adanya respon pendidikan islam terhadap kebijakan pendidikan hindia belanda. [1]
            Pendidikan adalah usha sadar dan berencana untuk mewujudkan suara belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kegiatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, peserta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.[2]
            Pendidikan beanya rasal dari kata didik, kata ini mendapat awalan kata me sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan member latihan. Dalam memelihara dan member latihan dalam memelihara member latihan diperlukan adanya ajaran tuntutan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran,dari segi  pendidikan yaitu usaha untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan dating.[3]
Pendidikan sudah sejak dulu kata menjadi salah satu bentuk usaha manusia dalam rangka mempertahankan keberlangsungan eksistensi kehidupan maupun budaya manusia itu sendiri dengan kata lain pendidikan merupkan salah satu strategi budaya tertua bagi manusia untuk keberlangsungan eksistensinya. Dan waktu ke waktu maupun dari tempat ke tempat lain atau dari teori ke teori yang lain mengandung banyak gagasanfisik dan edeologi. Pendidikan muncul dari berbagai bentuk dan paham, pendidikan banyak dipahami sebagai wahana untuk menyalurkan ilmu pengetahuan, alat pembentukan watak alat pelatihan keterampilan alat pengasah otak serta media untuk meningkatkan keterampilan kerja.[4]
B.PENGERTIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Pengertian pendidikan budi pekerti, pendidikan efektif, pendidikan  nilai, pendidikan mural dan pendidikan karakter seringkali membingungkan dan mengaburkan satu sama lain. Untuk itu, perlu dibahas secara rinci mengenai pengertian dan perbedaan masing-masing.
Pengertian budi pekerti mengacu pada pengertian dalam bahasa inggris,  yang diterjemahkan sebagai moralitas. Moralitas mengandung beberapa pengertian antara lain (a) adat istiadat, (b) sopan santun, (c) perilaku. Namun, pengertian budi pekerti secara hakikat adalah perilaku. Sementara itu menurut draft kurikulum berbasis kompetensi (2001), budi pekertiberisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hokum, tata karma dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat. Budi pekerti akan mengidentifikasiperilaku positif yang diharapkan dapat terujud dalam perbuatan, perkataan,pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian peserta didik.
Budi pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara etimologis kata etika sangat dekat dengan moral. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (jamak; ta etha) yang berarti adat kebiasaan adapun moral berasal dari bahasa latin mos (jarak ; mores) yang juga mengandungarti adat kebiasaan.
Etika ialah studi tentang cara penerapan hal yang baik bagi hidup manusia, yang menurut Solomon (1984: 2) mencakup dua aspek, yaitu :
1.      Disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembelajarannya;
2.      Nilai-nilai hidup nyata dan hokum tingkah laku manusia yang menumpang ninai-nilai tersebut.
Dapat diuraikan konsep utama budi pekerti sehingga dapat dikemukakan batasan pengertian masing-masingdilihat dari 3 (tig) pendekatan utama, yaitu sebagai berikut:
1.      Pendekatan etika (filsafat moral)
Budi pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopat dan [i]menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya. Sedangkan watak itu merupakan keseluruhan dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral seseorang yang baik, yang dicakup dalam satu istilah sebagai kebajikan.
2.      Pendekatan psikologi
Budi pekerti mengandung watak moral yang baku dan melibatkan keputusan berdasarkan nilai-nilai hidup. Watak seseorang dapat dilihat pada perilakunya yang diatur oleh usaha dan kehendak berdasarkan hati nurani sebagai pengendali bagi penyesuaian diri dalam hidup bermasyarakat (huriock, 1978).
3.      Pendekatan pendidikan
Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama.[5]
C. ORANG DEWASA
            Pendidikan orang dewasa atau yang disebut andragogi berasal dari kata andr yang berarti dewasa, dan agogos yang berarti memimpin, mengemong atau membimbing. Knowles mendefinisikan andragogi dengan seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa)  untuk belajar, sedangkan pedagogi adalah seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak. Secara biologis seseorang dikatakan dewasa yakni apabila telah mampu melakukan reproduksi. Secara social seseorang dikatakan dewasa yakni apabila telah melakukan peran-peran social yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis seseorang dikatakan dewasa yakni apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
            Pendidikan orang dewasa (andragogi) didefinisikan-menurut UNISCO (townsend coles,dalam lanodi, 1982) dengan keseluruhanproses pendidikan yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan, metodenya baik formal atau tidak, yang melanjudkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan prilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan social, ekonomi, dan budaya yng seimbang dan bebas.
            Penekanan bahwa pendidikan tidak boleh menjadi monopoli anak usia sekolah diberikan untuk mendorong dewasa juga melakukan pembelajaran karena diasumsikan:
-          Orang dewasa mempunyai konsepsi  diri.
-          Orang dewasa menpunyai akumudasi pengalaman.
-          Orang dewasa mempunyai kesiapan untuk belajar.
-          Orang dewasa berharap agar dapat segera menerapkan perolehan belajarnya.
-          Orang dewasa mempunyai kemampuan untuk belajar.

Selain itu bahwa pendidikan dewasa (andragogi) berbeda dengan pendidikan anak-anak (pedagogi) itu berbeda ketika pendidikan anak-anak berlangsung dalam bentuk edentifikasi dan peniruan, sementara pendidikan orang dewasa dilakukan dengan pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah. Namun pada dasarnya pendidikan dewasa dengan anak-anak adalah sama dalam hal misalnya memiliki dalam perencanaan, metode, media, dan evaluasi. Perencanaan pendidikan dewasa bias dilakukan dengan perencanaan pendidikan dewasa bias dilakukan dengan perencanaan partisipatif. Hal ini di dasarkan karena relatif bias terbangunnya komunikasi dan persepsi antara pendidik, peserta didik, dan pelaksana pendidikan, dan agar pelaksanaan pendidikan itu sendiri lebih bisa dilakukan karena sesuai dengan kesepakatan bersama.
Metode pendidikan orang dewasa (POD) bias dilihat dari dua sudut pandang yaitu: kontinom proses belajar (sebagai dasar metode POD) dan jenis pertemuan yang dilakukan. Metode pendidikan orang dewasa sebaiknya dipilih berdasarkan tujuan, pertama, membantu orang menata pengalaman masa lalu yang dimilikinya melalui cara baru, seperti konsultasi, latihan kepekaan, dan beberapa jenis latihan manajenem, yang membantu individu untuk dapat lebih memanfaatkan apa yang telah diketahuinya, dan kedua, memberikan pengetahuan atau keterampilan baru, yakni mendorong individu untuk meraih pengetahuan atau keterampilan yang lebih baik daripada pengetahuan atau keterampilan yang sudah dimilikinya.[6]

            Menurut Yusnadi orang yang di katakan dewasa ada tiga bagian diantaranya:
a.       Orang dewasa geologis.
Orang dewasa geologis adalah seseorang di katakana dewasa apabila telah mampu mengelolah reproduksi.
b.      Orang dewasa psikologis
Orang dewasa psikologis adalah seseorang di katakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang telah diambil .
c.       Orang dewasa sosiolog
Seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan peran-peran social yang biasanya di bebankan kepadanya.[7]







[1] Maksum, sejarahdan perkembangan pendidikan, (Jakarta : logos, 1999).hlm 81-82.
[2] Muhaimin, perkembangan pendidikan islam, (Jakarta ; nuansa, 2010).hlm 5.
[3] Umar tirtarahardja, pengembangan pengantar pendidikan, (Jakarta ; rineka cipta, 2005). Hlm 263.
[4] Suprijantors, pendidikan orang dewasa,dari teori hingga aplikasi, (Jakarta ; bumi aksara, 2007). Hlm 22-23.
[5]Nurul zuria, Pendidikan moral dan budi pekerti, (Jakarta; bumi aksara,2007), hlm. 17-18     
[6] Abdul latif, pendidikan berbasis nilai kemasyarakatan, (bandung; refika aditama, 2007), hlm 95-97.
[7] Yusna, di, masa remaja dan orang dewasa, (Jakarta, raja grafindo persada, 2009), hlm 73.



1 komentar: