A.PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
Tumbuh dan
berkembangnya pendidikan di indonisia tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh dan
berkembangnya ide-ide pembaharuan pemikiran di kalangan umat islam terutama pada
awal abad ke- 20 dan adanya respon pendidikan islam terhadap kebijakan
pendidikan hindia belanda. [1]
Pendidikan adalah
usha sadar dan berencana untuk mewujudkan suara belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kegiatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
peserta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.[2]
Pendidikan beanya
rasal dari kata didik, kata ini mendapat awalan kata me sehingga menjadi mendidik
artinya memelihara dan member latihan. Dalam memelihara dan member latihan
dalam memelihara member latihan diperlukan adanya ajaran tuntutan, dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran,dari segi pendidikan yaitu usaha untuk menyiapkan peserta
didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang
akan dating.[3]
Pendidikan sudah sejak dulu kata menjadi salah satu bentuk usaha
manusia dalam rangka mempertahankan keberlangsungan eksistensi kehidupan maupun
budaya manusia itu sendiri dengan kata lain pendidikan merupkan salah satu
strategi budaya tertua bagi manusia untuk keberlangsungan eksistensinya. Dan
waktu ke waktu maupun dari tempat ke tempat lain atau dari teori ke teori yang
lain mengandung banyak gagasanfisik dan edeologi. Pendidikan muncul dari
berbagai bentuk dan paham, pendidikan banyak dipahami sebagai wahana untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan, alat pembentukan watak alat pelatihan
keterampilan alat pengasah otak serta media untuk meningkatkan keterampilan kerja.[4]
B.PENGERTIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Pengertian pendidikan budi pekerti, pendidikan efektif,
pendidikan nilai, pendidikan mural dan
pendidikan karakter seringkali membingungkan dan mengaburkan satu sama lain.
Untuk itu, perlu dibahas secara rinci mengenai pengertian dan perbedaan
masing-masing.
Pengertian budi pekerti mengacu pada pengertian dalam bahasa
inggris, yang diterjemahkan sebagai
moralitas. Moralitas mengandung beberapa pengertian antara lain (a) adat
istiadat, (b) sopan santun, (c) perilaku. Namun, pengertian budi pekerti secara
hakikat adalah perilaku. Sementara itu menurut draft kurikulum berbasis
kompetensi (2001), budi pekertiberisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan
diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hokum, tata
karma dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat. Budi pekerti
akan mengidentifikasiperilaku positif yang diharapkan dapat terujud dalam
perbuatan, perkataan,pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian peserta didik.
Budi pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara
etimologis kata etika sangat dekat dengan moral. Etika berasal dari bahasa
Yunani ethos (jamak; ta etha) yang berarti adat
kebiasaan adapun moral berasal dari bahasa latin mos (jarak ; mores)
yang juga mengandungarti adat kebiasaan.
Etika ialah studi tentang cara penerapan hal yang baik bagi hidup
manusia, yang menurut Solomon (1984: 2) mencakup dua aspek, yaitu :
1.
Disiplin ilmu
yang mempelajari nilai-nilai dan pembelajarannya;
2.
Nilai-nilai
hidup nyata dan hokum tingkah laku manusia yang menumpang ninai-nilai tersebut.
Dapat diuraikan konsep utama budi pekerti sehingga dapat
dikemukakan batasan pengertian masing-masingdilihat dari 3 (tig) pendekatan
utama, yaitu sebagai berikut:
1.
Pendekatan
etika (filsafat moral)
Budi
pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopat dan [i]menghargai
pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya. Sedangkan watak itu
merupakan keseluruhan dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral
seseorang yang baik, yang dicakup dalam satu istilah sebagai kebajikan.
2.
Pendekatan
psikologi
Budi
pekerti mengandung watak moral yang baku dan melibatkan keputusan berdasarkan
nilai-nilai hidup. Watak seseorang dapat dilihat pada perilakunya yang diatur
oleh usaha dan kehendak berdasarkan hati nurani sebagai pengendali bagi
penyesuaian diri dalam hidup bermasyarakat (huriock, 1978).
3.
Pendekatan
pendidikan
Pendidikan budi
pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan
watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan
masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat
dipercaya, disiplin, dan kerja sama.[5]
C. ORANG DEWASA
Pendidikan orang
dewasa atau yang disebut andragogi berasal dari kata andr yang berarti
dewasa, dan agogos yang berarti memimpin, mengemong atau membimbing.
Knowles mendefinisikan andragogi dengan seni dan ilmu dalam membantu
peserta didik (orang dewasa) untuk
belajar, sedangkan pedagogi adalah seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak.
Secara biologis seseorang dikatakan dewasa yakni apabila telah mampu melakukan
reproduksi. Secara social seseorang dikatakan dewasa yakni apabila telah
melakukan peran-peran social yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa.
Secara psikologis seseorang dikatakan dewasa yakni apabila telah memiliki
tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
Pendidikan orang
dewasa (andragogi) didefinisikan-menurut UNISCO (townsend coles,dalam
lanodi, 1982) dengan keseluruhanproses pendidikan yang diorganisasikan,
apapun isi, tingkatan, metodenya baik formal atau tidak, yang melanjudkan
maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta
latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan
kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau
profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan prilakunya dalam
perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam
pengembangan social, ekonomi, dan budaya yng seimbang dan bebas.
Penekanan bahwa
pendidikan tidak boleh menjadi monopoli anak usia sekolah diberikan untuk
mendorong dewasa juga melakukan pembelajaran karena diasumsikan:
-
Orang dewasa
mempunyai konsepsi diri.
-
Orang dewasa
menpunyai akumudasi pengalaman.
-
Orang dewasa
mempunyai kesiapan untuk belajar.
-
Orang dewasa
berharap agar dapat segera menerapkan perolehan belajarnya.
-
Orang dewasa
mempunyai kemampuan untuk belajar.
Selain itu bahwa pendidikan dewasa (andragogi) berbeda dengan
pendidikan anak-anak (pedagogi) itu berbeda ketika pendidikan anak-anak
berlangsung dalam bentuk edentifikasi dan peniruan, sementara pendidikan orang
dewasa dilakukan dengan pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah. Namun
pada dasarnya pendidikan dewasa dengan anak-anak adalah sama dalam hal misalnya
memiliki dalam perencanaan, metode, media, dan evaluasi. Perencanaan pendidikan
dewasa bias dilakukan dengan perencanaan pendidikan dewasa bias dilakukan
dengan perencanaan partisipatif. Hal ini di dasarkan karena relatif bias
terbangunnya komunikasi dan persepsi antara pendidik, peserta didik, dan
pelaksana pendidikan, dan agar pelaksanaan pendidikan itu sendiri lebih bisa
dilakukan karena sesuai dengan kesepakatan bersama.
Metode pendidikan orang dewasa (POD) bias dilihat dari dua sudut
pandang yaitu: kontinom proses belajar (sebagai dasar metode POD) dan jenis
pertemuan yang dilakukan. Metode pendidikan orang dewasa sebaiknya dipilih
berdasarkan tujuan, pertama, membantu orang menata pengalaman masa lalu yang
dimilikinya melalui cara baru, seperti konsultasi, latihan kepekaan, dan
beberapa jenis latihan manajenem, yang membantu individu untuk dapat lebih
memanfaatkan apa yang telah diketahuinya, dan kedua, memberikan pengetahuan
atau keterampilan baru, yakni mendorong individu untuk meraih pengetahuan atau
keterampilan yang lebih baik daripada pengetahuan atau keterampilan yang sudah
dimilikinya.[6]
Menurut Yusnadi
orang yang di katakan dewasa ada tiga bagian diantaranya:
a.
Orang dewasa
geologis.
Orang
dewasa geologis adalah seseorang di katakana dewasa apabila telah mampu
mengelolah reproduksi.
b.
Orang dewasa
psikologis
Orang
dewasa psikologis adalah seseorang di katakan dewasa apabila telah memiliki
tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang telah diambil .
c.
Orang dewasa
sosiolog
Seseorang
dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan peran-peran social yang biasanya
di bebankan kepadanya.[7]
[1] Maksum, sejarahdan
perkembangan pendidikan, (Jakarta : logos, 1999).hlm 81-82.
[2] Muhaimin, perkembangan
pendidikan islam, (Jakarta ; nuansa, 2010).hlm 5.
[3] Umar
tirtarahardja, pengembangan pengantar pendidikan, (Jakarta ; rineka
cipta, 2005). Hlm 263.
[4]
Suprijantors,
pendidikan orang dewasa,dari teori hingga aplikasi, (Jakarta ; bumi
aksara, 2007). Hlm 22-23.
[5]Nurul zuria, Pendidikan
moral dan budi pekerti, (Jakarta; bumi aksara,2007), hlm. 17-18
[6] Abdul latif, pendidikan
berbasis nilai kemasyarakatan, (bandung; refika aditama, 2007), hlm
95-97.
[7] Yusna, di,
masa remaja dan orang dewasa, (Jakarta, raja grafindo persada, 2009), hlm
73.
Thanks ya sob udah berbagi ilmu .....................
BalasHapusbisnistiket.co.id